Minggu, 09 Desember 2007

Namanya Orang Gus, Beda-beda...

Hehe, gw dah mesem-mesem duluan bayangin cerita yang mau gw tulis. Postingan kali ini berkisar tentang aktivitas lain dari pekerjaan gw. Selain tiap hari duduk manis di kantor melototin naskah, kadang-kadang gw atau temen-temen editor lain di redaksi keluar kantor, motret buat keperluan naskah atau ketemu penulis. Kedua aktivitas tersebut kadang seiring-sejalan, karena pemotretan biasanya dilakukan di tempat penulis.

Pengalaman membuktikan, manusia memang berbeda-beda. Ada yang gemuk, kurus, tinggi, pendek. Sori, maksudnya beda-beda sifatnya. Mungkin, lirik grup band serieus memang benar adanya, "Penulis juga mamalia. Oopz, maksudnya manusia".


Pengalaman terakhir yang masih membekas di kepala...Suatu hari, karena banyak kesibukan, Mba Tuti, rekan kerja yang mejanya kerjanya lebih tinggi dari kursi yang didudukinya (ya iya lha), meminta tulung kepadaku. Begini katanya, "Gus, tulung lha kawan mu ini. Sibuknya aku hari ini. Bisa ku minta tulung kau antar Mas Hadi (fotografer di kantor) motret". Nggak, Mba Tuti asli Purworejo, Jawa Tengah, bukan Medan.

Karena lagi gak terlalu sibuk, dengan senang hati gw mengiyakan. Dusss, sebelum berangkat, Mba Tuti ngingetin, "Orangnya (sang penulis) pendiem, gak pernah senyum". That'z ok lha, asal jangan diem-diem dia suka makan orang. Satu lagi, Mba tuti juga cerita terakhir ke sana dia gak disuguhin minum. Hmmm...


Singkat cerita, setelah melewati tiga lembah dan dua samudera, rombongan sampai. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul dua belas siang. Dengan tatapan mata dingin serta tanpa senyum di wajah, sang penulis menyambut kedatangan kami. Setelah itu...(alah, lama-lama kayak sandiwara radio).


Setelah berbasa-basi sebentar, kita langsung nyiapin perlengkapan motret. Oh ya, selain sama Mas Hadi, gw ke rumah sang penulis sama Wawan, fotografer freelance. Kita jalan bertiga. Tiba-tiba, pas kita lagi nyiapin lampu ma kamera, sang penulis berkata, "Hmm, dah siang ya. Mendingan makan dulu sebelum kerja". Langsung gw mikir, ternyata baik juga nih orang, kirain pelit gak mau bagi senyum doang. Ternyata belum apa-apa dah diajak makan siang.

Belum selesai gw mikir, sang penulis nerusin kalimatnya, "klo mau makan keluar jalan raya aja, belok kanan ada warung padang, lumayan enak". Hmm, iya...iya Pak, kita makan dulu. Kutil badak, kirain mo diajak makan bareng...

Hari ini, pagi-pagi gw nelepon salah satu pemilik nurseri (penjual tanaman hias) di Jakarta. Tujuannya minta ijin motret di tempatnya buat bahan foto buku yang lagi gw edit. Awalnya istrinya yang terima telepon. Kata istrinya, "Sebenarnya besok ada arisan di rumah, tapi karena motretnya di kebun, gak masalah. Biar lebih jelas langsung aja ngomong ke Bapak".

Sayup-sayup terdengar sang istri bicara, "Pak, ada yang mau minta ijin motret". Seet, gagang telepon berpindah tangan ke sang suami. Langsung gw ngomong, "Pak, saya Bagus..bla..bla..bla... mau minta ijin motret....". Belum selesai kalimat gw, sang Bapak bilang, "saya tidak bersedia". Tuut...tuuut...tuuut...Teleponnya langsung ditutup... Dosa apa diriku???

Tidak ada komentar: